Shopping Cart

No products in the cart.

Kopi Gunung Puntang dari Jawa Barat Juarai Kontes SCAA di Atlanta, Amerika Serikat

Kopi Gunung Puntang Jawa Barat menjadi juara dalam Specialty Coffee Association of America Expo di Atlanta, Amerika Serikat, 14-17 April 2016. Secara keseluruhan, kopi asal Jabar mengantongi enam predikat juara di pameran ini.

“Petani kopi di Jawa Barat baru saja dinobatkan enam juara dalam kompetisi speciality coffee di Atlanta, Amerika Serikat. Juara kesatu dari Gunung Puntang, Jawa Barat,” ujar Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di Bandung, Kamis (21/4/2016).

Heryawan mengatakan, dari 74 sampel dalam kontes tersebut, terpilih 20 besar sampel dengan skor paling tinggi. Enam di antaranya berasal dari Jabar, yakni Gunung Puntang (yang dikembangkan Ayi Sutedja, juara), Mekar Wangi (Wildan, peringkat kedua), Malabar Honey (Slamet P, posisi keempat), Java Cibeber (Asep, urutan ke-9); West Java Pasundan Honey (Dedi Gunung Tilu, ke-11); Andungsari (Wildan, ke-17).

Heryawan mengapresiasi prestasi itu karena akan menciptakan efek positif terhadap bibit kopi Jabar. Kopi Jabar yang dinamai Java Preanger menonjol karena menjadi kopi yang bibitnya langsung dibawa dari induk terbaik di Kenya tanpa tersebar dulu di lokasi lain. Adapun kopi jenis lain dari luar Jawa Barat sempat tersebar dulu sebelum dibudidayakan di daerahnya.

“Itu membuat cita rasanya sudah tidak otentik lagi khas Kenya karena sempat ditanam dulu. Java Preanger diburu karena otentik sehingga harganya sekarang bisa Rp 200.000 per kilogram di Indonesia
dan Rp 600.000 per kilogram kalau harga ekspor,” kata Heryawan.

Ia meminta petani kopi yang meraih juara dunia agar kian mandiri dan meneguhkan skema bisnisnya. Dengan begitu, petani kopi menjadi pihak pertama
menikmati keuntungannya, bukan pihak ketiga, apalagi tengkulak, yang ditenggarai masih dominan menikmati ledakan harga komoditas tersebut.

“Bersatu terus, saling meneguhkan sesama petani agar harga tak mudah dipermainkan. Dengan bersatu, petani bisa saling bantu, jangan malah mudah diijon para tengkulak ketika ada kendala finansial,” ujar Heryawan.

Berita ini telah tayang di Kompas.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *